Perguruan tinggi di era modern menghadapi tekanan besar untuk tidak hanya menyediakan pendidikan berkualitas, tetapi juga untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Dalam konteks ini, akreditasi dan tantangan mutu menjadi dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Akreditasi adalah mekanisme esensial yang menilai kualitas institusi, sementara tantangan mutu adalah dinamika yang harus diatasi untuk mencapai keunggulan berkelanjutan. Memahami interaksi keduanya sangat penting bagi strategi perguruan tinggi.
Proses akreditasi, yang dilakukan oleh lembaga seperti BAN-PT atau LAM, merupakan evaluasi komprehensif terhadap berbagai aspek, mulai dari kurikulum, kualitas sumber daya manusia (dosen dan tenaga kependidikan), fasilitas, penelitian, hingga pengabdian masyarakat. Predikat akreditasi yang tinggi menunjukkan komitmen institusi terhadap standar kualitas yang ketat, sekaligus menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa dan stakeholder. Prof. Retno Widowati, seorang ahli pendidikan, pernah menyatakan bahwa akreditasi sangat penting untuk menjamin kualitas pendidikan dan memenuhi standar yang ditetapkan. Ini menegaskan bahwa akreditasi dan tantangan mutu saling terkait.
Namun, di balik upaya akreditasi, terdapat berbagai tantangan mutu yang harus dihadapi. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr, menyoroti beberapa kendala seperti belum seragamnya pemahaman tentang sistem penjaminan mutu internal (SPMI), adanya resistensi terhadap perubahan, dan kesulitan dalam mengintegrasikan berbagai indikator mutu. Tantangan ini memerlukan strategi adaptif dan komitmen yang kuat dari seluruh elemen perguruan tinggi. Misalnya, sebuah forum pimpinan perguruan tinggi negeri di wilayah barat Indonesia mengadakan pertemuan rutin setiap bulan untuk membahas strategi peningkatan mutu berkelanjutan. Pada rapat terakhir yang digelar pada hari Rabu, 13 Maret 2025, pukul 10.00 WIB, mereka berfokus pada pengembangan platform digital terintegrasi untuk monitoring mutu dan persiapan akreditasi.
Strategi untuk meraih keunggulan berkelanjutan melalui akreditasi dan tantangan mutu melibatkan beberapa pilar. Pertama, penguatan SPMI agar menjadi budaya institusi, bukan sekadar pemenuhan formalitas. Kedua, investasi pada pengembangan kapasitas sumber daya manusia, baik dosen maupun tenaga kependidikan, agar selalu up-to-date dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, inovasi kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Keempat, peningkatan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah yang berdampak.
Dengan demikian, akreditasi dan tantangan mutu bukanlah hambatan, melainkan pendorong utama bagi perguruan tinggi untuk terus berkembang. Institusi yang mampu menghadapi tantangan ini dengan strategi yang tepat akan meraih keunggulan berkelanjutan dan menghasilkan lulusan yang kompeten serta berdaya saing global.