Di tengah perkembangan informasi yang pesat dan tantangan sosial yang semakin kompleks, memahami hakikat pelajaran seksualitas bagi anak muda menjadi krusial. Bukan sekadar pembahasan tentang anatomi biologis, tetapi lebih jauh mencakup pemahaman tentang kesehatan reproduksi, hubungan yang sehat, persetujuan, keragaman identitas, hingga pencegahan risiko seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan. Pemahaman yang utuh dan akurat ini esensial untuk membekali mereka dalam menghadapi masa depan.
Pada hari Kamis, 15 Agustus 2024, di Gedung Serbaguna Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nasional, Jakarta, diselenggarakan Simposium Nasional “Remaja Sehat, Masa Depan Cerah: Peran Pendidikan Seksualitas”. Acara ini dihadiri oleh 250 peserta, termasuk pendidik, konselor, perwakilan orang tua, dan aktivis perlindungan anak. Dalam pembukaan simposium, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Bapak Dr. Seto Mulyadi, menegaskan bahwa hakikat pelajaran seksualitas harus disampaikan secara terbuka dan ilmiah, tanpa tabu, agar anak muda memiliki benteng pengetahuan yang kuat. Beliau juga menyoroti bahwa pada tahun 2023, ada peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, tengah merumuskan pedoman nasional untuk pendidikan seksualitas yang komprehensif. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah dan keluarga dalam menyampaikan materi yang tepat sesuai usia. Pada tanggal 1 Oktober 2024, akan diadakan lokakarya pengembangan modul pendidikan seksualitas untuk guru-guru SMP dan SMA di lima kota besar di Indonesia. Lokakarya ini melibatkan ahli psikologi anak dan kesehatan reproduksi.
Mengenal hakikat pelajaran seksualitas juga berarti membekali anak muda dengan kemampuan untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas tubuh dan kehidupannya. Ini termasuk kemampuan untuk menolak tekanan negatif dari teman sebaya, mengenali tanda-tanda bahaya, dan mencari bantuan jika diperlukan. Program-program advokasi dan konseling sebaya di sekolah-sekolah juga akan diperkuat mulai Januari 2025, dengan dukungan dari organisasi non-pemerintah yang berfokus pada remaja. Dengan pemahaman yang baik mengenai hakikat pelajaran seksualitas, anak muda Indonesia akan tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan terlindungi.