Emisi nitrogen oksida (NOx) dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu polutan udara utama yang berkontribusi pada kabut asap dan hujan asam. Untuk mengurangi NOx secara signifikan, Indonesia semakin mengandalkan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR). Ini adalah solusi canggih yang membantu PLTU beroperasi lebih bersih dan ramah lingkungan.
NOx terbentuk selama proses pembakaran batubara pada suhu tinggi di boiler PLTU. Gas-gas ini berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, mengurangi NOx menjadi prioritas utama dalam upaya dekarbonisasi dan peningkatan kualitas udara di sekitar PLTU.
Teknologi SCR bekerja dengan menyuntikkan agen pereduksi, seperti amonia, ke dalam aliran gas buang PLTU. Gas ini kemudian melewati reaktor yang berisi katalis khusus. Katalis ini memfasilitasi reaksi kimia yang mengubah NOx menjadi nitrogen (N2) dan uap air (H2O) yang tidak berbahaya.
Efisiensi SCR dalam mengurangi NOx sangat tinggi, seringkali mencapai lebih dari 80% hingga 90%. Ini menjadikan SCR sebagai salah satu metode paling efektif untuk mengontrol emisi NOx dari sumber tetap berkapasitas besar seperti PLTU.
Penerapan SCR bukan hanya tentang memenuhi standar emisi. Ini adalah bagian dari komitmen Indonesia terhadap energi yang lebih bersih. Dengan teknologi ini, PLTU dapat terus berperan dalam memenuhi kebutuhan listrik, sambil meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Inovasi teknologi dalam desain SCR juga terus berlanjut. Pengembangan katalis baru dengan masa pakai lebih panjang dan efisiensi yang lebih tinggi sedang dilakukan. Ini membantu mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan sistem SCR.
Meskipun investasi awal untuk SCR bisa signifikan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Peningkatan kualitas udara berkontribusi pada kesehatan masyarakat yang lebih baik, mengurangi biaya perawatan kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Pemerintah Indonesia telah mendorong penerapan SCR pada PLTU-PLTU baru dan yang sudah ada. Regulasi lingkungan yang lebih ketat menjadi pendorong utama bagi operator PLTU untuk mengadopsi teknologi canggih ini dalam upaya mengurangi NOx.
Selain SCR, ada juga teknologi lain yang digunakan untuk mengurangi NOx, seperti low-NOx burners (pembakar rendah NOx) dan flue gas recirculation. Namun, SCR seringkali dipilih karena efektivitasnya yang superior dalam mencapai tingkat pengurangan emisi yang sangat rendah.