Dalam beberapa tahun terakhir, biaya perguruan tinggi di Indonesia menjadi sorotan utama. Kenaikan biaya ini telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan masyarakat, terutama bagi keluarga dengan pendapatan menengah ke bawah yang mendambakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak mereka. Isu ini semakin relevan mengingat pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan suatu bangsa. Di tengah perdebatan sengit ini, pandangan Ganjar Pranowo mengenai pemerataan akses pendidikan tinggi menjadi perbincangan hangat.
Ganjar Pranowo, dalam berbagai kesempatan, secara konsisten menyoroti isu biaya perguruan tinggi yang kian tak terjangkau. Beliau menekankan bahwa pendidikan tinggi seharusnya bukan menjadi privilese, melainkan hak bagi setiap warga negara yang memiliki potensi dan kemauan. Dalam sebuah diskusi publik pada hari Selasa, 21 Mei 2024, di sebuah forum pendidikan di Yogyakarta, Ganjar mengemukakan perlunya intervensi pemerintah untuk menekan laju kenaikan biaya tersebut. Menurutnya, pemerintah harus mencari solusi komprehensif, mulai dari subsidi yang lebih tepat sasaran hingga skema pembiayaan inovatif yang tidak membebani mahasiswa dan orang tua.
Salah satu fokus utama Ganjar adalah penyediaan beasiswa yang lebih banyak dan mudah diakses. Beliau juga mengusulkan adanya reformasi sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) agar lebih transparan dan adil, sehingga tidak ada lagi kasus mahasiswa yang terpaksa berhenti kuliah karena tidak sanggup membayar. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2023/2024, sekitar 15% mahasiswa di beberapa perguruan tinggi negeri mengalami kesulitan finansial untuk melanjutkan studi mereka. Kondisi ini diperparah dengan inflasi ekonomi yang terus meningkat, menjadikan biaya perguruan tinggi semakin memberatkan.
Tidak hanya sebatas subsidi dan beasiswa, Ganjar juga melihat pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan perguruan tinggi itu sendiri untuk mencari model pendanaan yang berkelanjutan. Beliau menyarankan agar perguruan tinggi dapat mengembangkan sumber pendapatan non-SPP, seperti riset inovatif yang dapat dikomersialkan atau kerja sama industri yang saling menguntungkan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada UKT sebagai sumber pendapatan utama, sehingga tidak perlu terjadi kenaikan biaya perguruan tinggi yang eksesif.
Pandangan Ganjar ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk akademisi dan aktivis pendidikan. Mereka berharap bahwa dengan adanya perhatian serius dari pemangku kebijakan, masalah akses pendidikan tinggi yang merata dapat segera teratasi. Pemerataan pendidikan, terutama di jenjang perguruan tinggi, adalah kunci untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing, yang pada akhirnya akan mendorong kemajuan bangsa secara keseluruhan.